Senin, 12 April 2010

analisis strategi penjualan.....

PT Carrefour Indonesia Menjamu konsumen

Sumber : http://bataviase.co.id

Raksasa ritel asal Prancis, Carrefour adalah sosok yang kontroversial. Di satu sisi, eksistensinya dianggap mematikan pedagang kecil dan pasar tradisional.Di sisi lain, peritel skala besar ini sangat digandrungi konsumen karena mampu menyediakan sarana berbelanja yang aman dan nyaman dengan harga yang bersaing.Beroperasi di Indonesia di bawah bendera PT Carrefour Indonesia, usaha ritel yang masif dengan gerai tersebar di beberapa kota besar di dalam negeri ini menjadi aktor yang dibenci sekaligus disayang dan dikagumi.

Tak heran, Carrefour pun menghadapi tantangan dan gugatan dari sejumlah pihak, mulai dari keputusan Komisi Pengawas Persaingan Usaha(KPPU) yang menyatakan Carrefour melakukan praktik monopoli, hingga perseteruannya dengan pengelola mal Palembang Square dan Megamal Pluit.Meski sering ditentang, Carrefour tetap ramai dikunjungi konsumen, bahkan jumlah gerai yang dimilikinya makin bertambah dari waktu ke waktu.

Dalam satu hari saja, pengunjung Carrefour rata-rata mencapai 10.000 orang. Jika diasumsikan setiap orang membawa tiga anggota keluarganya, jumlah pengunjung menjadi empat kali lipat menjadi 40.000 orang per hari.
Kondisi seperti ini bisa tercipta berkat kepiawaian manajemen PT Carrefour Indonesia dalam menghadirkan konsep one stop shopping yang semata-mata bertujuan untuk memanjakan konsumen.Carrefour juga berupaya menciptakan suasana kondusif, ditandai dengan sikap para stafnya yang sangat ramah, sehingga siapa pun yang berbelanja ke sana merasa aman dan nyaman.

Selain menyediakan berbagai macam produk kebutuhan rumah tangga, Carrefour juga bekerja sama dengan sejumlah pihak dalam menyediakan aneka produk dan layanan lain, mulai dari fasilitas ATM, penukaran uang, online tickets, aneka jajanan, hingga arena bermain anak.Sebagian pelataran parkir yang luas pun seringkali disulap menjadi arena bazar yang menyediakan berbagai macam produk dan layanan yang dibutuhkan konsumen.

"Kami akan terus memperbanyak fasilitas guna memperkuat konsep one stop shopping ini, demi memanjakan konsumen," ujar Presdir PT Carrefour Indonesia Shafie Shamsuddin.Gandeng asuransi Fasilitas paling gres yang baru dibuka di Carrefour adalah Carrefour AXA Insurance Services, sebuah gerai yang menawarkan layanan asuransi bagi pengunjung.Untuk tahap pertama, layanan yang merupakan hasil kerja sama antara PT Carrefour Indonesia dan AXA Financial Indonesia ini baru tersedia di tiga gerai Carrefour, yakni Lebak Bulus, MT Haryono, dan ITC Cempaka Mas.

Shafie mengklaim layanan Carrefour AXA Insurance Services merupakan inovasi terbaru dalam industri ritel di Indonesia.Melalui layanan ini, pelanggan Carrefour semakin mudah mendapatkan informasi dan memilih perlindungan yang sesuai dengan kebutuhan mereka.Produk pertama yang ditawarkan adalah asuransi Carrefour AXA Medical Save. Produk ini memberikan perlindungan rawat inap rumah sakit dan pengobatan tradisional kepada pelanggan Carrefour beserta keluarganya. Produk ini juga memberikan pengembalian premi sebesar 99% jika tidak terjadi klaim.

Dalam rangka peluncuran layanan Carrefour AXA Insurance Services ini, akan diberikan asuransi perjalanan gratis senilai Rp25 juta kepada 30.000 pelanggan Carrefour yang berbelanja minimal Rp200.000 di ketiga gerai Carrefour.Kehadiran Carrefour AXA Insurance Services ini tentu saja semakin melengkapi fasilitas dan layanan di gerai rakasa ritel asal Prancis tersebut.Layanan Carrefour AXA Insurance Services merupakan langkah awal. Dengan semakin berkembangnya pasar asuransi di Indonesia seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat berasuransi, Carrefour menargetkan perluasan layanan Carrefour AXA Insurance Services ke lb gerai di bawah bendera Carrefour dan Carrefour Express pada 2010.

Layanan ini hadir setelah kedua pihak melakukan survei terhadap pelanggan Carrefour yang di antara 40% responden menyatakan membutuhkan asuransi melalui gerai yang tersedia di Carrefour.Dipilihnya AXA bukan lantaran sama-sama sebagai perusahaan asal Prancis, sebab penunjukannya melalui proses tender secara terbuka. Carrefour dan AXA menargetkan dapat menjaring calon nasabah asuransi sedikitnya 30.000 orang per bulan.


Grand Strategi Pertenakan

Usulan Strategi Korporasi Koperasi Susu "Jaya Abadi Blitar"

Sumber : http://digilib.itb.ac.id

Setelah tumbuh lambat di tahun 1998 dan 1999, industri susu Indonesia mulai menanjak dan mendekati tingkat sebelum masa krisis sejalan dengan ekonomi Indonesia mulai membaik dari krisis ekonomi. Produksi susu segar tahun 2000 diperkirakan mencapai 498.000 MT, naik sekitar 16% dari tahun sebelumnya 436.000 MT. Produksi susu diharapkan akan tumbuh lebih tinggi di tahun-tahun mendatang. Kenaikan output susu domestik dapat terlihat dari naiknya jumlah sapi perah. Meskipun kebanyakan peternak hanya memiliki 2-3 ekor sapi per peternak, namun ada indikasi perbaikan dalam produktivitas mereka. Industri Pengolahan Susu (IPS) terus meningkatkan kerja sama dengan koperasi-koperasi peternak dengan menyediakan peralatan dan kebutuhan lainnya. Selain itu teknologi yang mereka gunakan sedikit membaik, termasuk dalam hal sanitari dan standard kualitas susu. Pada si stem peternakan tradisional, pada umumnya seekor sapi dapat menghasilkan 10-12 liter susu/hari, sedangkan pada sistem modern seekor sapi dapat memberikan lebih dari 20 liter/hari. Pada tingkat nasional, produksi susu dalam negeri belum mencukupi kebutuhan susu segar Indonesia. Produksi domestik hanya mencapai 40% dari total konsumsi produk susu domestik. Sementara gambaran umum industri susu Indonesia begitu menjanjikan, para peternak susu di Jawa Timur sebagai produsen susu terbesar di Indonesia masih kesulitan menghadapi situasi monopolistik. Hampir seluruh Jawa Timur yang meliputi 47.921 Km2 didominasi hanya oleh satu IPS, yaitu PT. Nestle Indonesia. Harga standard yang ditetapkan oleh IPS tersebut dinilai terlalu rendah, dan peternak tidak dapat berbuat banyak. Sekitar tahun 1999-2000 ada 2 IPS muncul di Jawa Timur, yaitu PT. Prima Japfa dan PT. Indomurni. Namun kapasitas mereka sangat sedikit dibandingkan dengan Nestle. Tulisan ini dimaksudkan untuk membantu KSU "Jaya Abadi" Blitar untuk menentukan alternatif strategi korporasi dalam menghadapi situasi monopsoni itu dan memperbaiki pendapatan di waktu mendatang. Studi ini menggunakan analisis matriks SWOT yaitu matriks I-E (Internal-External) yang kemudian diperbandingkan dengan pendekatan matriks SPACE dan matriks Grand Strategy. Ketiganya memberikan alternatif strategi yang kemudian dirangkum untuk dianalisis kembali dengan mempertimbangkan nilai-nilai manajemen dan tanggung-jawab sosial serta tujuan yang ingin dicapai Koperasi. Hasil akhirnya merupakan alternatif strategi yang diusulkan kepada Koperasi.

masih tentang cafta

Tim Pengawas CAFTA Dibentuk

Metrotvnews.com, Jakarta: Pemerintah dan dunia usaha di Indonesia membentuk Tim Pengawas Perdagangan Bebas China-ASEAN (China-ASEAN Free Trade Area, CAFTA). Tim ini dibentuk untuk mengawasi kemunginkan terjadi penyimpangan atau ketidakadilan dalam CAFTA.

Menurut Hatta, kerja sama pemerintah dengan dunia usaha digalang menyusul penerapan CAFTA yang tidak bisa ditunda kendati beberapa sektor industri tidak siap menghadapinya. Ia mengaku telah berkoordinasi dengan sejumlah asosiasi usaha di Indonesia.

Hatta menilai, strategi menghadapi CAFTA bukan dengan menunda melainkan dengan memperkuat sektor industri. Selain itu, akan diterapkan hambatan nontarif berupa standardisasi produk impor yang masuk. Misalnya, pemerintah akan meminta produsen baja dari China untuk meningkatkan standard produk mereka. Dengan demikian, produk-produk tersebut tidak mudah masuk Indonesia.

CAFTA

Sudah Bukan Waktunya Berpolemik CAFTA

Sumber: antarajateng.com

Wakil Menteri Perdagangan, Mahendra Siregar menilai, saat ini sudah bukan waktunya untuk berpolemik terkait penerapan China-ASEAN Free Trade Agreement (CAFTA).

"Apalagi, CAFTA sudah berlaku per 1 Januari 2010, sehingga yang perlu diperhatikan adalah komitmen dan tekad bersama," katanya usai membuka workshop "Kesiapan Jawa Tengah dalam Menghadapi CAFTA" di Semarang, Selasa.

Menurut dia, Jateng sebenarnya memiliki potensi besar untuk menciptakan peluang baru di era CAFTA, seperti terlihat dari eksistensinya sebagai basis industri manufaktur dan beberapa industri sejumlah produk dengan pasar ekspor.

Namun, kata dia, basis yang dimiliki Jateng harus lebih ditingkatkan lagi untuk memenangkan persaingan terhadap produk-produk asing yang masuk ke Indonesia.

Oleh karena itu, kata dia, komitmen dan tekad bersama, baik dari pemerintah, kalangan pengusaha, dan sejumlah pihak lain sangat diperlukan untuk menghadapi dampak dari penerapan CAFTA, terutama untuk sektor industri lokal.

Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Jateng, Solichedi mengatakan, CAFTA sudah tidak bisa dihindari lagi, sebab sudah lama direncanakan. "Karena itu, harus ada strategi untuk menghadapinya," katanya.

Ia menilai, penerapan CAFTA sebaiknya juga dilihat sebagai "riil market" atau sebagai pembukaan peluang baru yang dapat dimanfaatkan untuk memperluas pemasaran produk.

"Komitmen dan tekad bersama saat ini penting, terutama untuk mendorong produktivitas masyarakat, sebab kondisi yang terjadi dan tumbuh pesat di Indonesia justru perilaku konsumtif masyarakat," kata Solichedi.

Sementara itu, Ketua Asosiasi Industri Permebelan dan Kerajinan Indonesia (Asmindo) Jateng, Anggoro Rahmadipuro mengatakan, kondisi usaha permebelan di Indonesia hingga saat ini masih lemah.

"Selama ini, negara tujuan ekspor produk mebel adalah kawasan Eropa dan Amerika Serikat, namun para eksportir yang memiliki tujuan AS memang yang paling terpuruk akibat krisis finansial," katanya.

Ia mengatakan, hal itu sepertinya akan diperparah dengan penerapan CAFTA per 1 Januari lalu, namun dirinya tetap optimistis bahwa dunia usaha di Jateng mampu menghadapi CAFTA.

Hanya saja, kata dia, pemerintah juga harus memberikan "back up" kemudahan dalam dunia usaha, seperti di negara-negara ASEAN lain, seperti menghilangkan pungutan, perbaikan infrastruktur, dan sektor perbankan.

"Kalau 'skill', sumber daya manusia (SDM), efisiensi, dan sejarah peradaban panjang kita punya, sehingga saya percaya akan mampu menghadapi persaingan dalam CAFTA," kata pemilik PT Dhana Dito itu.