Senin, 12 April 2010

CAFTA

Sudah Bukan Waktunya Berpolemik CAFTA

Sumber: antarajateng.com

Wakil Menteri Perdagangan, Mahendra Siregar menilai, saat ini sudah bukan waktunya untuk berpolemik terkait penerapan China-ASEAN Free Trade Agreement (CAFTA).

"Apalagi, CAFTA sudah berlaku per 1 Januari 2010, sehingga yang perlu diperhatikan adalah komitmen dan tekad bersama," katanya usai membuka workshop "Kesiapan Jawa Tengah dalam Menghadapi CAFTA" di Semarang, Selasa.

Menurut dia, Jateng sebenarnya memiliki potensi besar untuk menciptakan peluang baru di era CAFTA, seperti terlihat dari eksistensinya sebagai basis industri manufaktur dan beberapa industri sejumlah produk dengan pasar ekspor.

Namun, kata dia, basis yang dimiliki Jateng harus lebih ditingkatkan lagi untuk memenangkan persaingan terhadap produk-produk asing yang masuk ke Indonesia.

Oleh karena itu, kata dia, komitmen dan tekad bersama, baik dari pemerintah, kalangan pengusaha, dan sejumlah pihak lain sangat diperlukan untuk menghadapi dampak dari penerapan CAFTA, terutama untuk sektor industri lokal.

Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Jateng, Solichedi mengatakan, CAFTA sudah tidak bisa dihindari lagi, sebab sudah lama direncanakan. "Karena itu, harus ada strategi untuk menghadapinya," katanya.

Ia menilai, penerapan CAFTA sebaiknya juga dilihat sebagai "riil market" atau sebagai pembukaan peluang baru yang dapat dimanfaatkan untuk memperluas pemasaran produk.

"Komitmen dan tekad bersama saat ini penting, terutama untuk mendorong produktivitas masyarakat, sebab kondisi yang terjadi dan tumbuh pesat di Indonesia justru perilaku konsumtif masyarakat," kata Solichedi.

Sementara itu, Ketua Asosiasi Industri Permebelan dan Kerajinan Indonesia (Asmindo) Jateng, Anggoro Rahmadipuro mengatakan, kondisi usaha permebelan di Indonesia hingga saat ini masih lemah.

"Selama ini, negara tujuan ekspor produk mebel adalah kawasan Eropa dan Amerika Serikat, namun para eksportir yang memiliki tujuan AS memang yang paling terpuruk akibat krisis finansial," katanya.

Ia mengatakan, hal itu sepertinya akan diperparah dengan penerapan CAFTA per 1 Januari lalu, namun dirinya tetap optimistis bahwa dunia usaha di Jateng mampu menghadapi CAFTA.

Hanya saja, kata dia, pemerintah juga harus memberikan "back up" kemudahan dalam dunia usaha, seperti di negara-negara ASEAN lain, seperti menghilangkan pungutan, perbaikan infrastruktur, dan sektor perbankan.

"Kalau 'skill', sumber daya manusia (SDM), efisiensi, dan sejarah peradaban panjang kita punya, sehingga saya percaya akan mampu menghadapi persaingan dalam CAFTA," kata pemilik PT Dhana Dito itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar